Minggu, 29 September 2013

Access internet 2 dvr atau lebih dalam satu jaringan

Melengkapi uraian tentang access DVR via internet, maka pertanyaan yang kerapkali muncul adalah bagaimana jika kita akan meng-access 2 DVR atau lebih di satu lokasi. Apakah kita perlu membuat 2 hostname atau 3 hostname berbeda di DynDNS atau No-IP ataukah cukup dengan satu hostname saja? 
Sekadar penyegaran, maka yang disebut hostname adalah nama yang kita buat di DynDNS (atau layanan DDNS lainnya), seperti: dvrkantor.mine.nu,  dvr.dvrdns.org dan sebagainya. 
Setelah memahami apa itu WAN IP dan mengapa diperlukan DDNS, maka point terpenting dalam access DVR ini sebenarnya adalah Port.

Backup Record Pada DVR


Tulisan kali ini saya buat untuk memenuhi syarat dari salah satu institusi pemerintah. Salah satunya disebutkan bahwa cctv harus dapat merekam selama 3 bulan, dan harus bisa dibackup data rekaman tersebut hingga 1-2 tahun. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut.
  1. Jangan menggunakan fitur backup via USB.
  2. Gunakan fitur mirroring DVR jika ada.
  3. Sediakan hard disk tambahan sebagai media archive/arsip/backup.
Berikut penjelasan dari point diatas.

Kamis, 26 September 2013

Belajar Instalasi CCTV





Mendesain CCTV 

Pentingnya Faktor Desain
Dalam bidang apapun aspek desain selalu menempati posisi penting, bahkan boleh dikatakan paling penting. Apa sebab? Sebab desain inilah yang menentukan tolok ukur keberhasilan satu
pekerjaan.
Sebagaimana sering dibahas dalam ilmu-ilmu manajemen, Planning  merupakan tahap awal yang fundamental dalam konteks POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling). Saya mencoba menerapkan konteks ini ke dalam bidang yang saya geluti sehari-hari, yaitu Alarm & CCTV. Titik tumpuan pertama dalam bahasan ini adalah soal Planning yang salah satunya adalah segi desain itu sendiri.

Panduan Access DVR via Internet

Untuk keperluan ini, maka tahapannya adalah:
1. Menyusun peralatan
2. Setting pada DVR
3. Memperoleh hostname user name dan password di layanan DDNS 
4. Membuka port pada modem ADSL/Router
5. Menguji Port

6. Memasukkan hostname, user name dan password ke dalam menu modem ADSL/Router
7. Mengakses DVR dari Luar
8. Selesai

Minggu, 22 September 2013

Standalone DVR

Standalone DVR (Digital Video Recording )

Pada pembahasan kali ini kami mencoba menjelaskan sedikit tentang DVR Standalone. Lalu apa kelebihan dan kekurangannya jika dibandingkan dengan DVR Card (PC Base DVR)?
DVR Standalone adalah DVR yang berdiri sendiri tanpa memerlukan PC lagi. Bentuk pada umumnya adalah seperti pada gambar di atas, walaupun tidak menutup kemungkinan ada juga bentuk yang lain.

Sabtu, 21 September 2013

Analog Camera dan IP Camera


Pada CCTV, istilah analog camera hanya dipakai saat kita membandingkannya dengan IP Camera dengan tujuan agar bisa dibedakan satu sama lain. Analog camera adalah camera CCTV biasa yang memakai kabel Coaxial, sedangkan IP Camera adalah camera yang memakai kabel UTP Cat 5. Kendati kedau-duanya memakai kabel yang sama,  yaitu UTP Cat 5, tetapi mohon dicatat bahwa IP Camera bukan termasuk ke dalam Video Balun .

One Coaxial Camera (Single Coaxial Cable)

Teknik single coaxial  cable tergolong teknologi lama. Melalui teknik ini sinyal video dan power dapat mengalir bersamaan di dalam satu kabel coaxial, tanpa mengakibatkan terjadinya "korsleting". Ini disebabkan karena sinyal video dan power memiliki karakteristik yang berbeda. Video memiliki bentuk sinyal komposit sedangkan power DC berbentuk linear (lurus). Walaupun demikian, untuk "mencampur" kedua sinyal ini diperlukan satu adaptor khusus yang berfungsi pula sebagai "modulator" seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini:

PTZ Camera (Pan, Tilt, Zoom)

Pan tilt zoom camera (biasa disingkat PTZ) adalah camera yang bisa bergerak ke kanan kiri (pan), naik turun (tilt) dan melakukan fungsi zoom. PTZ camera  terbagi ke dalam dua kategori, yaitu: konvensional dan telemetry receiver. Perbedaannya terletak pada kabel yang digunakan. Sistem konvensional memerlukan sedikitnya 10 penghantar  (kabel isi 10), sedangkan telemetry receiver hanya membutuhkan kabel isi 2 saja. Lebih jelasnya mari kita lihat ilustrasi berikut ini:

Speed Dome Camera

Speed Dome Camera merupakan camera serba lengkap, karena memiliki lensa zoom hingga puluhan kali dan memiliki mekanisme pan tilt berupa motor servo yang gerakannya halus. Receiver telemetry-nya sudah ditempatkan di dalam (built-in), sehingga untuk fungsi PTZ kita hanya memerlukan kabel isi 2 saja. Bisa dikatakan saat ini camera jenis inilah yang paling disukai oleh user (kecuali harganya), karena desainnya kompak dan kualitas gambar sangat baik. Diagram untuk satu unit camera Speed Dome diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Mini PTZ Dome

Mini PTZ Dome Ada lagi satu jenis PTZ Dome yang bentuknya mini dengan kemampuan zoom yang terbatas. Jika kita memerlukan camera jenis pan tilt di dalam ruangan, namun estetika menjadi isu penting, maka camera jenis ini layak untuk dicoba. Contoh aplikasi misalnya di area reception hotel (untuk mengamati kegiatan check-in / check-out), di ruangan meeting (untuk mengamati peserta rapat yang hadir, bahkan yang tidur!), di public area (untuk mengamati pengunjung di berbagai sudut) dan tempat lainnya. Satu kelebihan camera ini adalah mudah dioperasikan, karena hanya memakai remote control yang sudah familiar dalam kehidupan sehari-hari. Dibandingkan dengan fix camera yang tidak bisa bergerak, maka camera ini bisa sedikit mengusir "kejenuhan" operator, karena tidak melulu mengamati objek yang sama. Adapun kekurangannya adalah kemampuan zoom yang terbatas, yaitu 3x digital zoom (bukan optical). Ini sama halnya dengan memperbesar perangko di atas mesin fotokopi. Namun untuk aplikasi umum seperti yang disebutkan di atas, camera jenis ini tergolong "sangat direkomendasikan" (highly recommended). Beberapa dome dapat dipasang dan dioperasikan melalui satu buah remote control. Untuk itu jelas diperlukan alat tambahan berupa DVR yang saat ini semakin pupuler penggunaannya. 

Analog Wireless Camera

Seperti diketahui bersama, wireless camera adalah camera tanpa kabel. Sebagai media pengirim gambar dan suara digunakan frekuensi radio yang daya pancarnya kecil sampai beberapa ratus mili-watt saja (1 miliwatt = seperseribu watt). Oleh sebab itu pemakaiannya tidak memerlukan izin, karena selain dayanya kecil, alokasi frekuensi yang digunakanpun merupakan frekuensi yang dikategorikan "bebas pakai". Frekuensi yang paling populer adalah 900MHz dan 2400MHz (2.4GHz). Pada beberapa model, khususnya untuk WiFi Camera, ada yang menggunakan frekuensi 5.2/5.3GHz. Diagram untuk satu channel wireless camera analog adalah seperti ini:

WiFi Camera

Saat ini wifi camera memiliki dua pengertian, yaitu;
1. Camera yang menggunakan teknik wireless LAN.
2. Camera yang memakai gelombang wifi sebagai pengganti lensa (teknik baru).
Adapun dalam bahasan kita kali ini, wifi cam yang dimaksud adalah pengertian pertama, sebab pengertian kedua memiliki bahasan yang harus dicerna lebih mendalam. Secara sederhana satu sistem wifi cam bisa digambarkan seperti ini:

Istilah Resolution pada CCTV

Pengantar
Kendati terbilang cukup lama berkecimpung di bidang CCTV, namun tak jarang kita dibuat bingung oleh istilah yang tercantum pada spec. teknis satu produk. Contohnya: pernahkah kita bingung dengan istilah resolution, dimana pada camera dinyatakan sekian TVL, namun pada DVR digunakan istilah CIF (dibaca: sif), D1, Half D1 dan sebagainya? Jika ya, kami yakin anda tidak sendirian, paling tidak kamipun sama-sama bingung. Namun, siapapun kita, entah sebagai vendor, marketing, sistem integrator, maupun teknisi, hendaklah kita dapat menjelaskan istilah-istilah seperti itu kepada customer dngan baik. Pada posting kali ini kami akan menurunkan uraian singkat yang berkenaan dengan persoalan resolution ini. Semoga berguna bagi kita semua.
Resolution adalah istilah yang kerap kita dengar pada saat seseorang menjelaskan mengenai kualitas dari satu produk camera CCTV. Secara umum dikatakan, makin tinggi nilai resolusi satu camera, maka kualitas gambarnya akan semakin halus (baca: baik). Sebagai contoh, camera dengan resolusi 480 tv line (tvl) akan lebih halus daripada camera 380 tv line, 550 tvl lebih halus ketimbang 480, demikian seterusnya. Tapi pernahkah kita mendengar istilah resolusi lain, yaitu yang dinyatakan dalam CIF, D1, QCIF dan lainnya? Jika belum, kami akan menjelaskan duduk perkaranya, mengapa sampai dijumpai adanya dua istilah berbeda dalam menjelaskan resolusi tersebut.

Dampak Perubahan Analog ke Digital
Dalam dunia televisi, hingga saat ini dikenal beberapa sistem standar, diantaranya (yang paling populer) adalah NTSC dan PAL. Dalam sistem NTSC dinyatakan, untuk menampilkan satu gambar secara utuh diperlukan 2 bidang (istilahya field)  yang masing-masing terbentuk dari 240 garis hitam (ganjil) dan 240 garis putih (genap). Perhatikanlah gambar di bawah ini.
Berdasarkan hal itu, maka apabila satu camera CCTV -katakanlah sekian tv line- kita sambung langsung ke monitor TV biasa, maka resolusi yang ditampilkan adalah apa adanya, tanpa proses apa-apa lagi. Demikian juga halnya dengan resolusi-resolusi lainnya. Jadi, dalam keadaan seperti ini tidak terjadi apa-apa, selain wujud resolusi camera itu sendiri yang dinyatakan dalam TV lines. Ranah ini dinamakan ranah analog.

Namun, ceritanya akan menjadi lain apabila kita hubungkan camera tadi dengan DVR untuk direkam. Dalam keadaan ini, output camera akan mengalami proses digitalisasi (lagi) pada DVR. Nah, dampak dari proses inilah yang nantinya menghasilkan istilah resolusi baru dan seringkali terdengar membingungkan, yaitu CIF, QCIF, D1 dan lainnya. Resolusi ini adalah hasil dari proses prekaman (recording), sehingga dikatakan DVR ini dapat merekam sekian fps dalam resolusi CIF. Alhasil, jika resolusi camera analog dinyatakan dalam tv line, maka setelah direkam oleh DVR akan menghasilkan resolusi lain, misalnya CIF, D1 dan lainnya. Perhatikanlah gambar di bawah ini.
Lalu apakah artinya D1, CIF dan QCIF?  Ini adalah resolusi sebagai hasil dari proses perekaman sinyal secara digital yang umumnya ditulis sebagai bentuk perkalian sekian kali sekian pixel (picture element). Penjelasan singkatnya begini:

- D1 menyatakan resolusi 704 x 480 pixels (pada sistem camera NTSC) atau 720 x 576 pixels (pada sinyal PAL). Perlu diketahui, bahwa ini adalah resolusi tertinggiyang bisa direkam dan disimpan oleh sistem DVR masa kini. Jika ada yang mengatakan selain ini, maka mereka keliru. Beberapa DVR kelas atas bisa melakukan rekaman setinggi ini. Namun, banyak DVR pula yang menyatakan bisa merekam secara real time pada 25 fps, tetapi jika spec.-nya dibaca sekali lagi, maka rekaman itu dilakukan pada resolusi CIF, bukan D1.

- CIF merupakan singkatan dari Common Intermediate (or Interchange) Format yang berukuran 352 x 240  pixels (lebih kecil daripada D1). Resolusi inilah yang umum digunakan pada DVR kelas menengah untuk merekam video secara real time (25 fps). Pada DVR kelas tinggi, resolusi inilah yang umumnya dipakai untuk video streaming via internet, sebab jika menggunakan D1 akan memboroskan bandwidth.
- QCIF memiliki ukuran lebih kecil lagi, yaitu 176 x 120 pixels. Resolusi ini sering dipakai untuk melihat tampilan video melalui perangkat mobile (smartphone), karena sedikit menguras bandwidth.

Sampai di sini semoga jelas perbedaan antara TVL dengan CIF dan lainnya. Pendek kata, TVL adalah resolusi untuk camera analog, sedangkan CIF dan lainnya merupakan istilah resolusi yang dipakai pada sinyal-sinyal digital, seperti DVR dan IP camera.

Nah, jika ada dua dunia -analog dan digital- seperti itu, maka persoalan yang muncul adalah bagaimanakah agar sinyal analog camera kita ini bisa direkam secara optimal oleh digital video recorder (DVR)? Optimal di sini artinya DVR bisa menampilkan rekaman dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki oleh camera kita, tanpa cacat yang berarti. Untuk itu, Tabel di bawah ini bisa dijadikan patokan awal. Maksudnya, pilihlah mode rekaman yang paling pas dengan resolusi camera. Pas artinya mode tersebut tidak mengambil space hard disk untuk kualitas gambar yang sia-sia. Dengan kata lain, tidak ada peningkatan kualitas gambar lagi sekalipun modenya dinaikkan ke yang lebih tinggi.

Pengertian CCTV

CCTV (Close Cicuit Television) merupakan sebuah kamera pengintai yang biasanya gunakan untuk menyelidiki, mengintai atau mengawasi suatu tempat yang di anggap rawan dari berbagai bahaya.

1.Kegunaan CCTV
Masalah keamanan sistem informasi yang dihadapi
Beberapa masalah keamanan sistem informasi yang biasa dijumpai pada perusahaan-perusahaan besar adalah :
a. Penggunaan perangkat lunak yang bervariasi dan berasal dari banyak vendor.
Sering tidak dapat dielakkan penggunaan sejumlah perangkat lunak dari beberapa vendor untuk membangun suatu sistem. Tetapi, di sisi lain, penggunaan perangkat lunak tersebut akan lebih membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih besar dalam hal memonitor isu-isu keamanan, ketimbang sistem yang dibangun oleh perangkat lunak yang relatif homogen. Seringkali hal ini diperparah dengan tidak adanya suatu standar dan prosedur dalam pemilihan suatu sistem.
Penulis menjumpai suatu perusahaan yang cukup besar yang ‘membebaskan’ karyawannya untuk ‘memilih’ sistem operasi dan aplikasi yang digunakan pada PC -nya. Pada satu departemen saja, ada beberapa sistem operasi yang digunakan seperti Windows 8 , Windows 7 , Windows ME , Windows XP , dan Windows 200 Professional . Sedang untuk program e-mailnya ada yang menggunakan Outlook, Eudora, Netscape; belum lagi aplikasi lain yang lebih bervariasi.
b. Identitas pengguna.
Salah satu tujuan dari sistem keamanan adalah memastikan hanya orang yang berhak saja yang dapat akses ke suatu sistem. Untuk suatu perusahaan yang terdiri atas ratusan bahkan ribuan karyawan, serta memiliki beberapa sistem, maka tugas ini bukan tugas yang mudah. Tantangan pertama adalah memetakan otoritas karyawan terhadap sumber-sumber (resources) sistem informasi seperti server, file, database, aplikasi dan sebagainya. Katakan saja ada 1000 karyawan yang akan mengakses 10 aplikasi/files/database, maka akan ada 10.000 relasi yang harus dipetakan antara karyawan dan sumber sistem informasi tersebut.
Kedua, jika ada perubahan, seperti pindahnya karyawan dari suatu bagian ke bagian lain, atau jika ada karyawan yang keluar. Tentunya sistem tersebut harus dapat dengan cepat memodifikasi atau menghapus akses yang diberikan. Kerumitan ini akan lebih besar lagi jika sumber-sumber sistem informasi yang dimiliki perusahaan, tidak hanya diakses oleh karyawan internal, melainkan juga para vendor, mitra kerja, dan konsultan, baik dari dalam jaringan perusahaan maupun dari luar.
c. Deteksi dan proteksi secara cepat.
Mendeteksi gangguan keamanan untuk jaringan yang terdiri atas puluhan server, puluhan peralatan jaringan, dan ratusan bahkan ribuan PC merupakan tugas yang tidak dapat dianggap enteng. Selain perlu waktu dan sumber daya manusia, keahlian khusus dalam hal keamanan sistem informasi sangat diperlukan untuk mengidentifikasi dan menginterpretasi informasi gangguan secara akurat, serta untuk menetapkan langkah-langkah penanggulangannya secara cepat dan tepat.
Beberapa waktu lalu penulis mendapat telepon dari pelanggan yang mengeluh tentang Syn-Flood attack alert yang dihasilkan dari mesin Firewall-nya. Yang mengejutkan, pelanggan tersebut bukannya menanyakan apa arti dari alert itu dan bagaimanan cara penanggulangannya, tetapi justru menanyakan bagaimana caranya supaya alert tersebut tidak muncul agar tidak memenuhi harddisk.
d. Security Patch.
Dengan rasio antara jumlah tenaga administrator/teknisi keamanan sistem informasi dengan jumlah pengguna komputer sebesar 1:500 seperti kasus di atas, akan mudah ditebak bahwa pengamanan sistem informasi menjadi tidak efektif. Sebagai gambaran, waktu yang dibutuhkan seorang teknisi untuk melakukan security patching (instalasi program perbaikan yang berkaitan dengan keamanan suatu sistem) terhadap 500 pengguna komputer adalah lebih dari 30 hari kerja (dengan perhitungan 1 hari terdiri atas 8 jam kerja).
2.Perangkat Serta Penggunaan CCTV
Perangkat yang memadukan CCTV
Intrusion Prevention System (IPS)
Secara singkat, IPS dapat dijelaskan sebagai perangkat yang memadukan antara fungsi Firewall (analoginya adalah satpam) dan sistem deteksi intrusi atau IDS (analoginya adalah kamera pemindai/CCTV). Beberapa vendor juga mengintegrasikan fitur anti virus atau anti worm ke dalam IPS-nya. Teknologi ini menjadi hangat belakangan ini, karena menjanjikan fungsi deteksi dan proteksi yang dapat dilakukan secara bersamaan dan otomatis. Sehingga suatu intrusi dapat dicegah di awal, sebelum menyebabkan kerusakan sistem. Beberapa vendor terkenal seperti Cisco, Symantec, Check Point, ISS, Netscreen (sekarang diambil alih oleh Juniper) juga telah menawarkan teknologi ini.
Patch Management System
Mengurangi waktu dari puluhan hari menjadi beberapa jam saja dalam melakukan instalasi patch merupakan ROI yang sangat menjanjikan. Sehingga tidak heran beberapa vendor mulai menawarkan teknolgi patch management system seperti Security ConfigureSoft , St. Bernard Software, PatchLink dan Citadel.
Identity Management
Manajemen identitas adalah suatu sistem tersentral yang dibuat untuk memudahkan administrator untuk men-diseminasi identitas, password dan otoritas seorang karyawan ke beberapa sistem secara sekaligus. Dengan teknologi ini jelas akan memudahkan bagian personel/HR atau bagian lain dalam pemberian akses, modifikasi akses maupun penghapusan akses kepada karyawan secara langsung, tanpa atau sedikit melibatkan administrator TI dalam pengoperasiannya. Beberapa produk Identity Management juga mempunyai fungsi deteksi apabila seorang karyawan memiliki otoritas melebihi yang telah ditetapkan, seperti misalnya karyawan tersebut bersekongkol dengan administrator TI untuk mengubah otoritasnya secara manual.
Selain itu, fungsi pelaporan secara otomatis ataupun manual pada teknologi ini akan memudahkan setiap kepala bagian/manajer untuk mengevaluasi tingkat otoritas/akses seorang karyawan terhadap sistem yang dimilikinya atau dalam tanggung jawabnya.
Penggunaan CCTV IP Camera, menggantikan CCTV konvensional. Tidak saja berfungsi untuk pengamanan perusahaan namun fitur-fitur yang dimiliki jauh lebih canggih dibandingkan CCTV konvensional.
Bahkan CCTV IP Camera dilengkapi audio video sehingga bisa dimanfaatkan untuk video conference tanpa harus dalam satu ruangan. Antara pejabat kantor pusat dan di kantor cabang bisa melakukan konferensi dengan menggunakan CCTV IP Camera.
Melihat kecanggihan yang dimiliki CCTV IP Camera, tambah HANS, potensi pasar sangat tinggi. Banyak perusahaan yang memiliki kantor cabang memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada di CCTV IP Camera. Saat ini, di dalam kehidupan kita-sehari-hari barangkali rasa aman adalah faktor yang paling sering menjadi perbincangan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat secara nyata faktor keamanan menjadi barang yang semakin mahal.
Banyak cara diupayakan oleh setiap orang untuk mendapatkan rasa aman, baik bagi diri sendiri, keluarga ataupun bagi lingkungannya ( tempat tingal dan tempat kerja ) mulai dari meningkatkan sistem keamanan lingkungan secara bersama-sama, melengkapi lingkungan tempat tinggal dengan seperangkat peralatan sistem keamanan yang didalamnya mungkin sudah meliputi sistem alarm, penggunaan kamera CCTV (Closed Circuit Television), menambah tenaga satuan pengaman, dan lain sebagainya.Salah satu trend upaya untuk meningkatkan keamanan saat ini adalah semakin maraknya kebutuhan dan keinginan dari masyarakat untuk menggunakan peralatan CCTV, yang pada akhirnya melahirkan banyaknya pilihan CCTV yang disediakan oleh vendor atau penyedia peralatan CCTV seperti misalnya Network Camera.
Teknologi Network Camera dikembangkan pertamakalinya sekitar tahun 1991 sebagai pengembangan dari WebCam di Universitas Cambridge, untuk menjawab adanya kebutuhan solusi sistem keamanan di area perbankan, airports dan kasino. Salah satu perusahaan riset di Amerika yaitu Frost & Sullivan memperkirakan bahwa kebutuhan pasar global terhadap Network Camera diperkirakan mencapai sekitar US $ 441 juta sebelum tahun 2005.

Problematika Camera Infra Red

"Kok, kalau malam gambarnya kabur, ya?"  Pertanyaan seperti ini mungkin pernah, bahkan sering kita dapatkan dari c...